Ketika Tontonan Menjebak Penonton

Jasad itu dikuburkan dalam tanah di bawah guyuran hujan. Petir lidahnya menjilat-jilat bumi. Seiring doa, jasadpun dimasukkan ke liang lahat. Ketika para pengantarnya beranjak beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Petir menyambar di atas gundukkan tanah makam yang basah. Jasadpun terempar dari lubang kubur. Api menjilat-jilat hebat seolah bumi tak mau menerima jasad yang dikebumikan.

Di lain kisah, sesosok bayangan suami dengan tubuh berdarah-darah menghampiri istrinya. Wajahnya menyeringai seolah tak menerima kematiannya yang tak lain lantaran ulah istrinya sendiri. Sang istri dengan suami barunya dalam hari-harinya di teror oleh ketakutan tiada habis-habisnya. Suami barunya pun tewas dengan cara mengerikan. Terorpun berhenti ketika seorang ustad melakukan aksi demi kedamaian umatnya. Begitulah penggalan dramatis cerita dalam sinetron yang kerap tampil dalam layar televisi kita.

Sineton Religi

“Hikmah” menjadi dramaseri favorit pilihan pemirsa televisi dalam sebuah ajang penghargaan ‘Panasonic Award 2006’. Setidaknya ini menunjukkan dua hal, pertama drama bertema religi masih dinikmati,kedua,selera pemirsa telah terbentuk lewat banyaknya sinetron religi yang kian berhamburan di layar kaca.

Dari banyaknya tayangan sinetron atau dramaseri religi, tak sedikit yang mengangkat tema serta kesamaan dalam penggarapan. Di dalamnya selalu tampil tokoh protagonis atau sebaliknya amat sangat jahat sekali. Dan dari judul-judulnya pun mudah di tebak akan kemana alur deritanya. Belum lagi kehadiran ustad nan sakti mondroguno dalam membantu menyelesaikan segala persoalan. Dramatisasi yang sangat berlebihan sering kali menghadirkan idom-idom visualisasi yang mengarah pada pembengkokan akidah bagi pemirsanya terutama kalangan anak-anak dan siapapun yang memang masih lemah wacana agamanya.

Mari kita tengok judul-judul sinetron religi yang pernah tayang :Pintu Hidayah dengan judul Mengawini Anak Sendiri , atau Istri Dijual Suami Jadi Pelacur dan masih banyak lagi yang lebih menyeramkan. Dalam sinetron semacam ini biasanya hadir tokoh ustad dengan segala petuahnya dengan mengambil hadis atau ayat Al Qu’ran sesuai dengan temanya. Bahkan tak hanya itu. Sang ulama juga sering kali menunjukkan kesaktiannya berbak hantam dengan setan. Maka tak ayal lagi sinar berkilatan atau lidah api menyembur dari telapak tangannya. Pertanyaannya, benar demikiankah sosok ustad atau ulama di mata msyarakat ?

Di tengah banyaknya judul sinetron nan serem-serem itu toh masih ada satu dua judul yang cerita serta penggambarannya tidak ekstrem. Seperti sinetron Lorong Waktu atau Kiamat Sudah Dekat. Dua sinetron ini kisahnya sederhan dengan alur nan mengalir tanpa menggurui dengan penekanan tak berlebihan apalagi penggambaran yang ekstrem. Meski dalam Lorong Waktu masih terkesan mengada-ada, sedikit futuristik, akan tetapi itu hanyalah kemasan sebuah tontonan semata.

Banyaknya tayangan sinetron religi tersebut sering kali justru akan menganggu pemirsa, meskipun pada akhirnya ada ustad atau peran kiai yang muncul membacakan ayat, tapi itu hanya beberapa menit saja. Sementara sepanjang tayangan tersebut pemirsa telah terlanjur dijejali visualisasi yang sarat dengan kekerasan, kejahatan, kengerian bahkan hal-hal yang tidak masuk akal. Dan biasanya, bahas gambar akan lebih mudah diterima dan bertahan lama tersimpan dalam memori pemirsanya.

Bagaimanapun juga, membuat sebuah tayangan yang akan ditonton banyak orang seyogyanlah tak melupakan asas kesopanan serta etika. Lantas, kalau saja sinetron religi masih banyak dinikmati tentu ada faktor yang menyertainya, diantaranya banyak pilihan judul, situasi masyarakat kita saat ini relatif masih susah, bencana terjadi dimana-mana, sementara kelangan elite hanya melulu berasyik masyuk dengan berwacanannya.

Para pemirsa telah disuguhi sebuah bangunan kesadaran palsu yang dikemas dalam bentuk tayangan religi dan menjadi barang komoditas yang banyak menyedot pemasangan iklan. Sepanjang tahun 2006 pemirsa televisi banyak dimanjakan dengan tontonan yang sarat dengan kekerasan, cinta, mistis, serta informasi vulgar lainnya yang seringkali lepas dari pertimbangan normatif maupun asas kepantasan di mata pemirsa yang amat heterogen. Belum lagi tampilnya para peramal yang melakukan terawang apa-apa yang akan terjadi di tahun berikutnya.

Dalam sebuah tayangan, Ki Kusuma melakukan aksi pengusiran ‘hantu penasarannya Alda Andarisma dari Hotel Grand Menteng yang konon para tamunya sering diganngu. Hadirnya peramal seperti Ki Joko Bodo, Ki Kusuma, atau Mama Loren serta spiritualis Seruni dan Arief Cakra dengan hasil terawangnya ditayangannya televisi, tentu jadi pertanyaan bagi sebagian kalangan. Mereka, dengan entengnya membaca peristiwa apa
yang bakal terjadi di tahun berikutnya. Siapa artis yang bakalan terguncang kehidupan rumah tangganya. Selebritis mana yang akan turun pamornya serta yang bertahan eksis. Statemen macam ini tak hanya mengganggu tapi bahkan amat mengawatirkan secara psikologis serta akidah.

Benarkah sudah tak ada lagi tayangan-tayangan berlandaskan idialisme yang secara komprehensif akan memberi pencerahan pemirsanya?bukan sebaliknya, menyesatkan dan mendangkalkan daya nalar?

  
ARIGATA BLOGGER COMMUNITY
CONTACT CENTER BY SMS ONLY +6281335243051
BLOGGER SYSTEM 2012 ONLINE
The Republic of Indonesia Blogger

IDM 6.15 PORTABLE FULL